Pentingnya Ketepatan Waktu (Timeliness) Bagi Penerjemah
Di mata pengguna jasa penerjemah, keandalan terjemahan maupun pembuatnya, belumlah memadai. Terjemahan harus pula tepat waktu, dalam arti tidak melampaui waktu kegunaan maupun nilainya. Ketepatan waktu bersifat paling luwes dalam hal terjemahan karya sastra. atau Alkitab, yang memang tidak terpengaruh oleh waktu. Tentu saja, sebenarnya terjemahan seperti ini bukannya tidak terpengaruh oleh waktu, hanya saja rentang waktu keberadaannya sangat panjang. Injil versi Raja James masih dipakai setelah hampir empat abad penerbitannya, walaupun penggunaannya tidaklah abadi. Di banyak gereja, terjemahan ini sudah digantikan dengan terjemahan yang lebih baru. Bahkan, di gereja yang paling konservatif sekalipun, sulit dibayangkan terjemahan ini masih dipakai seribu atau dua ribu tahun ke depan. Cepat atau lambat, akan tiba saatnya terjemahan ini harus diganti.
Ketepatan waktu paling kurang luwes ketika terjemahan terikat dengan situasi penggunaan tertentu.
Salah satu keluhan yang paling sering dilontarkan para penerjemah atau jasa penerjemah adalah tuntutan ketepatan waktu yang betul-betul masuk akal. Terlampau sering klien tidak menyadari waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan terjemahan. Karena mereka sendirilah yang menulis proposal dan penawaran, lembaga jasa penerjemah tidak pernah terpikirkan memberi kesempatan bawahan mereka sendiri untuk melewatkan dua minggu hanya untuk menulis empat puluh halaman dokumen; karena mereka belum pernah menerjemahkan apapun, maka mereka menginginkan penerjemah menerjemahkan dokumen itu dalam waktu dua hari.
Kelambatan proses penerjemahan yang membuat frustrasi (seperti layaknya semua produksi-naskah lainnya) merupakan salah satu dari beberapa faktor yang menghidupkan angan-angan tentang mesin penerjemah. Seperti komputer yang bisa membuat kalkulasi dalam waktu sepersekian detik, yang bila dikerjakan oleh manusia akan memakan waktu berjam-jam, berhari-hari, bahkan ber minggu-minggu. Begitu juga dengan mesin penerjemah ideal yang mampu menerjemahkan sebuah teks dalam hitungan menit, yang bila dikerjakan manusia akan mem butuhkan lima orang dalam waktu dua minggu. Pemikiran tentang penerjemahan yang berorientasi pada kebutuhan pengguna (user-oriented) ini dikendalikan oleh hasilnya (product-driven). Pemikiran ini diawali dengan hasil akhir yang dikehendaki, dalam hal ini berarti memenuhi tenggat waktu yang amat pendek, kemudian memberikan perintah untuk mengerjakannya.
Bagaimana cara penyelesaiannya, pengorbanan secara manusiawi yang harus dilakukan, bukanlah masalah penting. Jika penerjemah in-house kerap kali mengeluhkan beban kerja yang gila-gilaan sebelum mencapai tenggat waktu kritis, jika lembaga jasa penerjemah cepat terus-menerus berusaha mengajari Anda terkait dengan kesulitan dan kelambatan proses penerjemahan, Anda mulai saja mempertimbangkan perangkat lunak penerjemahan mesin, atau barangkali memesan sebuah universitas untuk membuatkannya khusus bagi perusahaan Anda. Yang terpenting, terjemahan selesai secara andal dan cepat (juga murah). Jika penerjemah manusia terlalu lama, cobalah solusi lewat komputer.
Kecepatan adalah Kepercayaan Jasa Penerjemah
Tuntutan tentang ketepatan waktu jarang diakui mirip sekali dengan tuntutan akan reliabilitas, sehingga mirip pula dengan norma teoritis tentang kesepadanan (equivalence) atau kesetiaan (fidelity). Sesungguhnya, ketepatan waktu itu sendiri merupakan suatu bentuk reliabilitas. Ketika pemahaman seseorang tentang penerjemahan dikendalikan oleh hasil, maka ia menuntut agar proses penerjemahan itu dapat dipercaya, dalam arti yang kompleks, menciptakan sebuah hasil yang betul-betul layak dipercaya sesuai tuntutan (dan dengan biaya ringan). Kami membutuhkannya sekarang juga yang hasilnya harus bagus maksudnya berkualitas. Jika penerjemah manusia mampu mengerjakannya secara cepat dan terpercaya, itu bagus; jika tidak, buatkan saya mesin yang bisa melakukannya.
Bukan berarti pekerjaan yang berorientasi pada pengguna dan dikendalikan hasil akhir (product-driven user orientation) itu jahat dan sangat merusak. Seringkali hal ini memang dianggap tidak berperikemanusian di mata para penerjemah yang harus bekerja seperti mesin, berjam-jam menggarap tugas-tugas yang monoton dan membosankan, dan diharapkan tidak mengeluh (bahkan, bersyukur atas pekerjaan tersebut). Tetapi bersikap tidak mementingkan diri sendiri dalam hal ini amatlah penting. Penerjemah bukanlah satu-satunya orang yang mengerjakan pekerjaan membosankan dengan jam kerja yang panjang. Orang-orang yang minta terjemahan selesai dengan terpercaya dan cepat itu sendiri sebenarnya sering bekerja dengan jam kerja yang panjang dan melelahkan. Realitas pada situasi apapun, terutama-tetapi tidak selalu-da lam dunia bisnis, biasanya ialah ada banyak sekali pekerjaan yang harus rampung dengan segera, lebih disukai bila sehari lebih awal, tetapi tidak ada cukup banyak tenaga dan pikiran untuk menggarapnya. Memang, dalam sebuah dunia yang ideal, tidak ada orang yang dituntut untuk mengerjakan pekerjaan yang membosankan. Namun, sampai ada orang yang menciptakan dunia seperti itu, kita terjebak dalam dunia yang seperti ini, dengan tenggat waktu yang sering-seringnya mustahil untuk dipenuhi.
Sebagai penyedia jasa penerjemah atau jasa penerjemah tersumpah atau dosen ilmu penerjemahan, yang bisa kita lakukan adalah menata ulang persoalan tentang kecepatan dari sudut pandang internal, yaitu pandangan yang berorientasi pada diri penerjemah. Bagaimana agar kita dapat meningkatkan kecepatan penerjemahan tanpa harus menjadikannya sebagai proses mekanis?
Cara Lain Menerjemah dengan Cepat dan Akurat
Alternatif lain untuk menerjemahkan teks dengan cepat yaitu dengan cara membagi seluruh naskah kepada beberapa orang penerjemah dalam pengertian diterjemahkan secara ramai ramai tidak dilakukan secara sendirian oleh seorang penerjemah. Hal ini tentu sangat memungkinkan untuk menerjemahkan secara cepat, karena setiap orang penerjemah hanya dibebani sedikit naskah untuk dikerjakan. Namun pada praktiknya, terjemahan yang dikerjakan banyak orang akan menimbulkan masalah baru, yaitu penggunaan terminologi yang tidak seragam. Misalnya saja, penggunaan diksi “surel” atau “email”, sebagaian penerjemah menggunakan kata surel daripada email, sedangkan pengguna lebih memilih surel. Al hasil, lembaga jasa penerjemah harus menyeragamkan istilah yang tidak beragam tersebut oleh satu orang agar terminologi yang digunakan seragam dan naskah terjemahan dapat dibaca dengan satu rasa. Dan sudah tentu, proses penyeragaman akan memakan waktu yang tidak sebentar karena jika saja jumlah halaman yang dikerjakan sangat banyak. Bagi beberapa biro jasa penerjemah yang menawarkan Timeliness sangat cepat dan bahkan tidak masuk akal, mereka akan menerapkan mekanisme seperti di atas, yang sering kita sebut dengan mekanisme split. Yaitu dengan cara membagi naskah terjemahan ke beberapa orang penerjemah.
Dan tidak luput dari mekanisme tersebut, tentu JIMN yang menawarkan layanan jasa penerjemah cepat (jasa penerjemah tersumpah cepat) juga melakukan hal yang sama untuk mengatasi timeliness yang sangat terbatas dengan menentukan harga yang relatif tidak murah atau lebih tinggi dari pekerjaan lain.